Thursday 28 August 2014

Evolusi Kardus Menjadi Kantong Blacu pada Keranjang Takakura

Seperti dalam artikel sebelumnya dijelaskan bahwa awalnya keranjang takakura yang berlubang-lubang itu, ditutupi oleh kardus. Yang fungsinya untuk menghindari kompos tumpah keluar dan juga untuk menyerap kelebihan cairan atau kelembaban.
Keranjang takakura aman ditutupi kardus. Isinya gak akan keluar-keluar.
Bersih, tidak bau sama sekali, malahan segar fresh....ditaro di kamarpun oke kok :D


Kalau pakai kardus bekas aqua gelas paass banget


Namun seiring berjalannya waktu, setiap hari diisi sampah organik seperti kulit buah dan seterusnya, kardus ini mulai lembab. Lama-lama sedikit basah, dan akhirnya sobek sedikit demi sedikit. Kompos pun mulai keluar dan sekeliling keranjang jadi kurang bersih. Kalau didiamkan pasti akan semakin besar lubang-lubangnya. Itu artinya kita harus mengganti kardus ini dengan yang baru.

Proses mengganti kardus ini buat saya cukup melelahkan. Pertama kita harus mengeluarkan semua kompos di dalam keranjang dan bantal sekamnya. Kemudian mencuci keranjang sampai bersih-ya sekalian dibersihkan dulu jadi seperti baru. Setelah itu baru pasang bantal sekam lagi, lalu kardus, barulah semua kompos dimasukkan kembali. 

Karena cukup menyita waktu dan tenaga (padahal kurang lebih cuma 3 bulan sekali siih), maka saya berpikir untuk mencari cara yang lebih praktis. Saya teringat 'kardus plastik' yag sering dijual di toko buku. Karena sifat plastik yang lebih awet dan anti basah, saya mencoba mengganti kardus kertas dengan  kardus plastik. 

impraboard alias kardus plastik



pengikat kabel listrik



Setelah kardus plastik dipotong sesuai ukurang keranjang, lalu diikat di dinding keranjang takakura dengan kabel listrik. Kemudian bantal sekam diletakkan di dasar keranjang, lalu kompos dimasukkan lagi dan ditutup dengan bantal sekam di atasnya. Proses pengomposanpun dilanjutkan seperti biasa. Besoknya saya lihat, baik-baik saja itu kompos. Alhamdulillah. "Ini kardus anti basah, anti bocor," begitu saya pikir...
Tapi besoknya kompos mulai terlihat lembab. Besoknya makin lembab dan mulai agak basah. Diaduknya juga berat. Ternyata tidak berhasil....

Buru-buru saya tanya ke petugas bumi karinda, tempat saya membeli paket takakura, ternyata memang tidak bisa pakai kardus plastik. Karena plastik tidak bisa menyerap air. Rupanya begitu...akhirnya saya coba gunakan sejenis karton duplex yang paling tebal,board 25 kalau tidak salah namanya. Saking tebalnya, sudah menyerupai triplek. Berat. Lalu saya potong sesuai ukuran keranjang dan dipasang dengan pengikat kabel listrik tadi. Berhasil.

Masangnya susehh....haha.. Ini pengalaman yang gagal.
Jangan ditiru yak
Lalu dipasang deh....
Hidup penuh perjuanangan sodara-sodara. Demi go green....

Hasilnya cukup lumayan, bertahan sedikit lebih lama. Ya sekitar 4 bulan. Setelah itu kembali...sobek...:(

Setelah 4 bulan, kembali si cardboard hancur....sehancur hatiku

Lalu percobaan selanjutnya, memakai kain blacu yang diisi sekam. Cara memasangnya hampir sama dengan karton tebal tadi yaitu menggunakan pengikat kabel plastik. Kain blacu dijahit seperti bantal sofa dengan resleting. Lalu dipasang dan diisi sekam. Bila perlu kita tambahkan lubang dengan solder listrik, untuk merapikan posisi bantal sekam.

Pemakaian bantal sekam dari kain blacu ini berhasil. Dalam 6 bulan kondisi keranjang masih baik-baik saja. Blacu juga tergolong murah harganya, yaitu hanya 18 ribu/meter. Tapi masih ada sedikit masalah. Kekurangannya adalah pemasangannya yang agak sulit. Beberapa titik lubang baru harus dibuat dengan solder supaya bantalan terpasang dengan baik. Bila kurang pas menutupi lubang pada dinding keranjang, maka kompos ada yang keluar ke lantai. Jadi sekeliling keranjang kurang bersih.

Akhirnya muncul ide baru, untuk membuat keranjang ini lebih praktis, lebih bersih, lebih cantik. Saya coba minta agar kain blacu dijahit seperti kantong, dengan karet di bagian atasnya. Alhamdulillah asistenku di rumah bisa menjahit. Keranjang diukur dan jadilah kantong blacu berkaret yang tinggal dimasukkan begitu saja. Sangat praktis.

Kardus penutup keranjang diganti dengan bantalan blacu isi sekam.
Sangat bagus hasilnya. Blacu ternyata kain yang kuat, mudah menyerap air
tapi juga mudah kering :)


Masangnya lumayan sulit/cape juga siih.
Tapi hasilnya memuaskan. Keranjang takakura anti repot!

Semoga cerita evolusi kardus menjadi kantong blacu ini bermanfaat buat semua yang ingin dan pernah memakai keranjang takakura. Kalau pengomposan dibuat praktis, bersih dan higienis, mudah-mudahan semakin banyak rumah yang aktif membuat kompos. Sehingga sampah lingkungan sedikit demi sedikit mulai berkurang. Dan jangan lupa, tanamanpun semakin subur...:D

Pada akhirnya KANTONG SEKAM ini kembali berevolusi menjadi lebih mudah, lebih praktis, lebih cantik.

Blacu dijahit seperti kantong, dengan karet di bagian atasnya.
Sangat praktis, bersih, nyaman. Sangat rekomen banget 
Cara memasang kantong blacu pada keranjang takakura.


Hasil kompos takakura ibarat kompos gizi yang bisa ditaburkan ke tanaman hias atau halaman.

Bukan sulap, bukan sihir. Ini efek kompos takakura lho







Wednesday 27 August 2014

Kompleks Green Andara, Pondok Labu, Jakarta Selatan

Hijau dan asri. Itulah kesan pertama kalau masuk ke kompleks Green Andara Residence, Pondok Labu, Jaksel. Rasanya hampir semua penghuni kompleks, ataupun tamu yang masuk pasti kesengsem dengan pohonnya yang besar-besar. Banyak diantaranya yang berusia puluhan tahun. Ada pohon asem, pohon rambutan, pohon durian, dan masih banyak lagi.

Menuju pintu masuk Cluster Elvera


Pohon tangkil *kayaknya sih*


Pohon apa ya melintang di tengah jalan





Pohon rambutan banyak di sini, dan buahnya banyak









Yang paling besar itu pohon mangga.
















Pohon alpukat? yang besaar dan rindang


Tempat tupai-tupai kecil berkejaran. Sayang malu-malu difoto













Lembab, agak gelap, nyamuknya buanyak


Pohon-pohon di lokasi perumahan bekas kompleks schlumberger ini sampai menutupi jalan










Mau berenang? pake obat nyamuk oles dulu...


















Tupai di siang hari, kalau malam banyak musang di sini
















Karena 'green' itulah, di kompleks kami ini setiap hari jalan-jalannya selalu diramaikan oleh ibu-ibu penyapu jalan. Tugasnya membersihkan jalan dan taman dari rontokan daun. Kalau dilihat sekilas, sampah daun yang mereka kumpulkan seharian mungkin bisa mencapai 10 m kubik. Apalagi ketika hujan datang, sampah daun bisa mencapai 2 kalinya. Setelah hujan, sampah daun biasanya tumpah ruah mengisi jalanan dan kebun-kebun. Kerja ekstra keras buat ibu-ibu penyapu jalan :)

Bagaimana ya seandainya kita coba mengolah daun-daun itu menjadi kompos?



Saatnya Panen Kompos

Setelah menggunakan keranjang takakura selama 3-4 bulan, maka kompos di dalamnya mulai penuh. Kalau diaduk sampai ke dasarnya pun terasa berat. Nah, daripada repot, lebih baik kita panen saja sebagian isi keranjang takakura.

Kenapa sebagian dan tidak semuanya? Karena kita masih butuh aktivator untuk proses pengomposan selanjutnya. Jadi cukup kita panen 2/3 atau setengah bagian dari isi keranjang.

Pertama kali saya panen kompos, rasanya senang sekali. Karena yakin bahwa kompos yang dihasilkan kualitasnya terbaik. Saya ingat berbagai macam sampah organik segar yang pernah saya masukkan ke keranjang. Kulit apel, jeruk, lemon, batang sayuran, biji tomat dan masih banyak lagi. Tentu akan menghasilkan kompos yang sangat baik kualitasnya. Ibarat binatang peliharaan yang diberi makanan yang sehat dan bersih, pasti akan sehat kan? hehe...

Di tukang taman, tidak ada kompos yang kualitasnya setara dengan kompos takakura.Kompos kualitas seperti ini hanya bisa diperoleh di tempat-tempat yang memang memproduksi kompos dari daur ulang sampah dapur atau sampah daun.

Bagaimana teknis memanen kompos takakura?
1. Bila memungkinkan DIAYAK. Karena sangat mungkin di dalam kompos yang kita akan panen itu masih ada biji kelengkeng, kulit rambutan dan lain-lain yang belum sempat terurai menjadi kompos. Dari proses pengayakan ini akan terpisah bagian yang kasar dan yang halus. Kembalikan bagian yang kasar ke dalam keranjang. Bagian yang haluslah yang nanti akan dipanen lebih lanjut.
Siap-siap diayak. Untuk pot-pot besar sebetulnya pengayakan gak perlu.
Tapi untuk pot kecil, apalagi tanaman seperti suplir, aglonema, maka kompos perlu diayak.
Untuk memisahkan bagian yang cukup halus dengan yang masih kasar.
Yang halus simpan di wadah apa saja. Saya pake plastik besar.
Disimpan 1-2 minggu untuk menonaktifkan mikrobanya, setelah itu bisa dipakai.
Sisanya yang kasar kembali diproses ke dalam keranjang takakura ya

Bila anda tidak punya ayakan pasir, maka langsung ke langkah no.2 saja.

2. DIPERAM. Lalu bagian kompos yang halus tadi disimpan di wadah tertutup. Anda bisa masukkan ke keranjang lain, ember atau plastik. Simpan di tempat teduh. Diamkan bakal panen kompos ini selama 3-4 minggu. Tidak perlu diaduk. Ketika diperam inilah, mikroba pelan-pelan dinonaktifkan *kayak pejabat aja ya*, suhu kompos yang semula hangat pun mulai turun seperti tanah biasa.
Letakkan hasil ayakan tadi di tempat yang teduh. Tunggu 1-2 minggu sebelum digunakan. 



3. Setelah diperam, maka kompos sudah SIAP DIGUNAKAN. Bisa ditaburkan sedikit di atas tanaman atau kebun anda. Jangan dipakai secara keseluruhan dalam 1 pot. Kompos takakura cukup digunakan sebagai campuran tanah atau kompos yang kita beli.Anda bisa perhatikan perbedaan tanaman yang diberi kompos takakura dan yang diberi kompos biasa atau zat kimia. Tanaman dengan kompos takakura akan tumbuh subur secara alami. Kalau diberi vitamin kimiawi biasanya subur namun lebih rentan penyakit.


Ditabur di bagian atas aglonema atau suplir,
atau disebar di halaman. Makin subur insya Allah.

Thanks for reading this article :D






Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...