Friday 2 January 2015

Komposter Daun

Sampah daun dari halaman atau kebun kita termasuk sampah organik yang bisa diolah menjadi kompos. Tapi yang terjadi selama bertahun tahun adalah, kita membuang sampah daun itu, untuk kemudian diangkut oleh petugas kebersihan. Dan berakhir di TPA (tempat pembuangan akhir). Sampah daun tersebut bercampur-campur dengan sampah lainnya: plastik, sisa makanan, kertas, bekas popok atau pembalut. Semuanya jadi sama saja, berbahaya dan mengandung kuman penyakit. Nyaris tidak bisa dimanfaatkan lagi. Sayang ya?


Kumpulkan daun dalam pot besar terbuka. Hindari dari air hujan.
Maka proses penguraian daun menjadi kompos akan terjadi, salama kurang lebih 1 tahun.
Selain waktunya yang lama, proses 'dingin' ini juga sering menghasilkan belatung 

Kalau orang tua kita dulu mungkin lain, mereka kadang menumpuk daun-daun dari halaman, dan begitu seterusnya sampai menjadi kompos. Proses ini disebut 'proses dingin'. Kompos terbentuk setelah 8 bulan-1 tahun. Lama memang.
Para petani kita dulu lebih advance lagi, semua sampah daun sisa pertanian/perkebunan ditumpuk lalu diberi kotoran binatang. Ini disebut 'proses pengomposan panas' karena prosesnya menghasilkan panas dan kompos terbentuk dalam 2-3 bulan, jauh lebih cepat.

Lalu bagaimana dengan kita? Masih sempatkah kita mengurus sampah kita sendiri? Atau cukup bayar uang kebersihan saja, lalu sampah bukan urusan kita lagi. Sepertinya kebanyakan begitu ya.




Persiapan pertama ketika ingin mulai mengomposkan daun adalah menyiapkan komposter daunnya dulu.
Syarat-syarat komposter daun adalah:

1. Ukurannya dianjurkan 1 meter x1 meter x1 meter. Kenapa harus besar? karena kalau komposternya kecil, suhu di dalamnya tidak akan optimal. Panas bisa dicapai bila ukuran komposter cukup besar.

2. Komposter harus ada lubang-lubang kecil untuk aliran udara. Bisa terbuat dari kayu, bambu, terpal atau kawat baja. Lubangnya jangan terlalu besar, jangan sampai daun di dalamnya keluar.

3. Komposter harus mudah dikeluarkan isinya. Karena seminggu sekali harus dilakukan pembalikan daun. Bila komposter daun dibuat permanen dari bata yang disemen misalnya, atau dari kayu, maka salah satu sisinya harus bisa dibuka. Lihat contoh komposter di bawah

4. Komposter harus tertutup di bagian atasnya. Diletakkan di lokasi yang sejuk dan kering. Jangan sampai kemasukan air hujan.

Beberapa contoh komposter daun yang ada di Kebun Karinda, Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Komposter kayu. Sisi kanan, kiri dan belakangnya dibuat permanen.
Sisi depannya dibuat 'lepasan'. Ketika pengadukan dan panen, bilah-bilah kayunya diangkat satu persatu.
Maka isinya bisa dikeluarkan dan dimasukkan lagi dengan mudah. Pilih kayu yang kuat yaa...

Komposter kayu di karinda ini diletakkan di bagian kebun yang kering dan adem. Komposter ditutup dengan bantalan isi sekam. Bantalan bisa terbuat dari jaring plastik atau dari kain blacu.

Komposter jenis ini sangat pas untuk halaman/kebun yang luas.
Semua sisinya permanen, hanya di bagian depan diberi 'pintu' khusus dari seng bergelombang.

Pada proses pengadukan dan panen, pintu sengnya tinggal diankat saja.
Ini pas banget buat villa atau kebun yg luas. Praktis, murah meriah :D


Komposter ini juga ditutup dengan bantalan isi sekam atau dengan terpal. Apa saja yang penting kuat dan tahan air.
Komposter daun dari susunan konblok yang dibuat bercelah. Supaya oksigen lancar


Ketika proses pengadukan seminggu sekali, konblok di salah satu sisi diangkat satu persatu sehingga isi daun di dalamnya bisa dikeluarkan secara sempurna. Sisi kanan kiri dan belakangnya bisa dibuat permanen dengan proses penyemenan. Sisi depan saja yang dibuat lepasan.
Komposter semi permanen dari bata yang disemen di sisi belakang, kanan dan kirinya.
Sisi depannya yang bisa dibuka tutup, terbuat dari kayu yang bisa dilepas.

Bata yang disemen permanen digunakan di sisi kanan, kiri dan belakang.
Sisi depannya dibuat dari kayu yang bisa diangkat bilah-bilahnya. Proses pengadukan dan panen jadi mudah.
Bila ingin membuat komposter daun dengan bahan kayu, pastikan memilih kayu yang kuat dan tahan rayap.

Nah kebetulan saya sendiri ingin punya komposter daun yang lebih 'manis' karena akan diletakkan di garasi,bukan di kebun. Selain itu komposter ini harus bisa dipindah-pindah sewaktu-waktu. Karena itu saya kemudian membuat komposter dari terpal yang dijahit berukuran 80 cmx80 cmx 1 m. Dilengkapi dengan lubang-lubang di semua sisinya. Ditutup dengan terpal. Supaya bisa berdiri tegak, saya buatkan rangka besi. Komposter daun dari terpal kemudian diikatkan ke rangka besi menggunakan tali rafia.

Manis kan....hueheheee....coba ada yang mau bikin warna pink?? heuheuu....

Komposter daun dari terpal dengan lubang cincin di semua sisinya. Lubang cincin juga dibuat di semua sudut
sehingga komposter bisa diikatkan ke rangka besi menggunakan tali.
Belum penuh nih


Pernah juga berpikir untuk membuat komposter daun dari ikatan bambu, seperti foto di bawah ini.



Yang penting ukurannya besar tapi lubangnya jangan terlalu besar. Atau kalau komposternya berlubang besar, lapisi lagi komposter ini denga kain blacu di bagian dalamnya sehingga lubang yang besar tidak akan membuat daun di dalamnya keluar. Sirkulasi udaranya pasti sangat baik. Siapa mau coba? ditunggu laporannya :)

Nah ini baru beberapa alternatif komposter daun saja. Sebetulnya masih bisa menggunakan bahan-bahan lain. Misalnya bekas tong minyak, wadah plastik besar bekas zat kimia dan lain-lain. Gunakan benda-benda yang sudah ada, yang tidak terpakai di rumah anda sendiri.

Selamat bereksperimen. Komentar dan diskusi ditunggu di bawah. Terimakasih sudah membaca :)


No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...