Seperti dalam artikel sebelumnya dijelaskan bahwa awalnya keranjang takakura yang berlubang-lubang itu, ditutupi oleh kardus. Yang fungsinya untuk menghindari kompos tumpah keluar dan juga untuk menyerap kelebihan cairan atau kelembaban.
Keranjang takakura aman ditutupi kardus. Isinya gak akan keluar-keluar. Bersih, tidak bau sama sekali, malahan segar fresh....ditaro di kamarpun oke kok :D |
Kalau pakai kardus bekas aqua gelas paass banget |
Namun seiring berjalannya waktu, setiap hari diisi sampah organik seperti kulit buah dan seterusnya, kardus ini mulai lembab. Lama-lama sedikit basah, dan akhirnya sobek sedikit demi sedikit. Kompos pun mulai keluar dan sekeliling keranjang jadi kurang bersih. Kalau didiamkan pasti akan semakin besar lubang-lubangnya. Itu artinya kita harus mengganti kardus ini dengan yang baru.
Proses mengganti kardus ini buat saya cukup melelahkan. Pertama kita harus mengeluarkan semua kompos di dalam keranjang dan bantal sekamnya. Kemudian mencuci keranjang sampai bersih-ya sekalian dibersihkan dulu jadi seperti baru. Setelah itu baru pasang bantal sekam lagi, lalu kardus, barulah semua kompos dimasukkan kembali.
Karena cukup menyita waktu dan tenaga (padahal kurang lebih cuma 3 bulan sekali siih), maka saya berpikir untuk mencari cara yang lebih praktis. Saya teringat 'kardus plastik' yag sering dijual di toko buku. Karena sifat plastik yang lebih awet dan anti basah, saya mencoba mengganti kardus kertas dengan kardus plastik.
impraboard alias kardus plastik |
pengikat kabel listrik |
Tapi besoknya kompos mulai terlihat lembab. Besoknya makin lembab dan mulai agak basah. Diaduknya juga berat. Ternyata tidak berhasil....
Buru-buru saya tanya ke petugas bumi karinda, tempat saya membeli paket takakura, ternyata memang tidak bisa pakai kardus plastik. Karena plastik tidak bisa menyerap air. Rupanya begitu...akhirnya saya coba gunakan sejenis karton duplex yang paling tebal,board 25 kalau tidak salah namanya. Saking tebalnya, sudah menyerupai triplek. Berat. Lalu saya potong sesuai ukuran keranjang dan dipasang dengan pengikat kabel listrik tadi. Berhasil.
Lalu dipasang deh....
Buru-buru saya tanya ke petugas bumi karinda, tempat saya membeli paket takakura, ternyata memang tidak bisa pakai kardus plastik. Karena plastik tidak bisa menyerap air. Rupanya begitu...akhirnya saya coba gunakan sejenis karton duplex yang paling tebal,board 25 kalau tidak salah namanya. Saking tebalnya, sudah menyerupai triplek. Berat. Lalu saya potong sesuai ukuran keranjang dan dipasang dengan pengikat kabel listrik tadi. Berhasil.
Masangnya susehh....haha.. Ini pengalaman yang gagal. Jangan ditiru yak |
Hidup penuh perjuanangan sodara-sodara. Demi go green.... |
Setelah 4 bulan, kembali si cardboard hancur....sehancur hatiku |
Akhirnya muncul ide baru, untuk membuat keranjang ini lebih praktis, lebih bersih, lebih cantik. Saya coba minta agar kain blacu dijahit seperti kantong, dengan karet di bagian atasnya. Alhamdulillah asistenku di rumah bisa menjahit. Keranjang diukur dan jadilah kantong blacu berkaret yang tinggal dimasukkan begitu saja. Sangat praktis.
Kardus penutup keranjang diganti dengan bantalan blacu isi sekam. Sangat bagus hasilnya. Blacu ternyata kain yang kuat, mudah menyerap air tapi juga mudah kering :) |
Masangnya lumayan sulit/cape juga siih. Tapi hasilnya memuaskan. Keranjang takakura anti repot! |
Semoga cerita evolusi kardus menjadi kantong blacu ini bermanfaat buat semua yang ingin dan pernah memakai keranjang takakura. Kalau pengomposan dibuat praktis, bersih dan higienis, mudah-mudahan semakin banyak rumah yang aktif membuat kompos. Sehingga sampah lingkungan sedikit demi sedikit mulai berkurang. Dan jangan lupa, tanamanpun semakin subur...:D
Pada akhirnya KANTONG SEKAM ini kembali berevolusi menjadi lebih mudah, lebih praktis, lebih cantik.
Pada akhirnya KANTONG SEKAM ini kembali berevolusi menjadi lebih mudah, lebih praktis, lebih cantik.
Blacu dijahit seperti kantong, dengan karet di bagian atasnya. Sangat praktis, bersih, nyaman. Sangat rekomen banget |